Pabila cinta memanggilmu, ikutilah dia Walau jalannya terjal berliku-liku
Dan pabila sayapnya merangkummu, pasrahlah serta menyerah
Walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu
Dan jika dia berbicara kepadamu, percayalah
Walau ucapannya membuyarkan mimpimu
Bagai angin utara mengobrak-abrik petamanan
Sebab sebagaimana cinta membahagiakanmu
Demikian pula dia menyengsarakanmu
Demi pertumbuhanmu, begitu pula demi pemangkasanmu
Sebagaimana dia membubung, mengecup puncak-puncak ketinggianmu
Membelai mesra ranting-ranting terlembut yang bergetar dalam cahaya matahari
Demikian pula dia menghujam ke dasar akarmu
Mengguncang-ngguncangnya dari ikatanmu dengan tanah
Demikian pekerti cinta atas diri manusia
Supaya kau fahami rahsia hati
Dan kesadaran itu menjadikanmu segumpal hati Kehidupan
Namun jika dalam kecemasan, hanya kesenangan cinta yang kau cari
Maka lebih baiklah bagimu menyingkir dari papan penempaan
Memasuki dunia tanpa musim
Dimana kau dapat tertawa, namun tidak sepenuh tawa
Tempat kau pun dapat menangis, namun tidak sehabis air mata
Cinta tak memberikan apa-apa
Kecuali keseluruhan dirinya, utuh-penuh
Pun tidak mengambil apa-apa
Kecuali dari dirinya sendiri
Pun jangan mengira, bahwa kau dapat menentukan arah cinta
Karena cinta, pabila kau telah dipilihnya
Akan menentukan perjalanan hidupmu
Cinta tiada berkeinginan selain mewujudkan maknanya
Namun jika kau mencintai disertai berbagai keinginan
Ujudkanlah dia demikian :
Meluluhkan diri, mengalir bagaikan kali yang menyanyikan lagu persembahan malam
Bangun di fajar subuh dengan hati seringan awan
Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan
Istirahat di terik siang merenungkan puncak-puncak getaran cinta
Pulang di kala senja dengan syukur penuh di rongga dada
Terlena dalam doa bagi yang tercinta dalam sanubari
Dan nyanyian puji syukur tersungging di bibir senyum
.............................................................................................................................